
Harsha E. Joesoef
Pagi itu, raut wajah orang nomor satu di Republic Express (RPX) –perusahaan jasa pengiriman barang yang di bawah naungan FedEx Corporation-- ini, tampak bugar. Manset menghiasi kemeja putih lengan panjangnya. Sepatu pantofel cokelat, ia sesuaikan dengan warna celana panjangnya. Ya, kesan dandy terlihat dari penampilan Chief Executive Officer PT Repex Wahana ini.
Sepak terjang usaha jasa pengiriman barang yang dirintis suami Emilia Soedarmono Josoef, ini dimulai pada 1985. Saat itu penggemar olahraga golf ini membuka kantor di garasi orangtuanya –seluas 9 X 3 meter– di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Saat itu, PT Repex Perdana International, baru menangani enam dokumen per hari dengan delapan karyawan. Perangkat bisnisnya hanya beberapa motor dan dua mobil Mitsubishi L 300.
Tapi sekarang semuanya berubah. Berkat dukungan dua unit pesawat cargo Boeing 737 miliknya, 200 truk, 1.500 karyawan, 106 outlet di 50 kota di Indonesia, lelaki berusia 46 tahun ini mampu mengirim 130 ton sehari. “Sekarang, ribuan dokumen yang harus diselesaikan dalam waktu singkat,” ujar Harsha Edwana Josoef, mantan engineer di Oilfield Industrial Lines, Inc. di Texas, Amerika Serikat.
Lantas, bagaimana kiat anak dokter kulit ini menjalankan roda usaha bisnisnya? Berikut petikan wawancara dari MANLY dengan pengagum Amien Rais ini.
Apa sih menariknya usaha jasa pengiriman barang ini?
Ketika masih di Amerika, saya melihat bisnis ini tumbuh sangat menjanjikan. Bila bisnis ini ditekuni di Indonesia, akan sangat menguntungkan.
Berapa modal Anda saat memulai usaha ini?
Sekitar US$30 ribu dari tabungan saya selama kerja di Amerika. Saya tidak pinjam kesana-sini. Dari uang itu, saya beli dua mobil dan motor untuk mengantar dokumen. Pada awalnya usaha merugi. Tapi karena kualitas dan ketepatan pelayaan dokumen yang diutamakan, order pun terus bertambah.
Apa yang membuat Anda ingin menjadi wirausaha?
Ketika masih menjadi engineer, saya melihat insinyur itu bergantung kepada order. Sedangkan entrepreneur bergantung pada dirinya sendiri.
Tapi, Anda punya bakat sebagai wirausaha?
Saya bingung menjawabnya. Apakah saya punya bakat atau tidak. Tapi menurut saya yang terpenting adalah niat. Sama halnya ketika Anda ingin salat, harus niat dan bukan takut dengan seseorang. Begitu juga dalam berusaha. Niat saya ingin mereplika, mengkopi apa yang dilakukan FedEx dan bisa diterapkan di Indonesia.
Caranya?
Bermitra dengan perusahaan besar dunia itu, meskipun bukan pekerjaan mudah. Pihak FedEx ingin setiap pemegang lisensi usahanya berkembang, sesuai dengan proyeksi. Itulah esensinya.
Bagaimana kiat Anda melakukan proyeksi tersebut? Keseimbangan. Saya harus dapat menyeimbangkan antara keinginan FedEx dengan kemampuan kami. Satu sisi FedEx ingin kami berkembang sesuai kemampuan. Sisi lain, kami harus berjalan sesuai aturan main yang sudah disepakati. Business plan negotiation adalah kunci dari segalanya
Apa yang terpenting dalam bisnis?
Nilai.
Contohnya?
Jika Anda ingin mengirimkan barang ke Balikpapan dengan ukuran besar, kami bisa lakukan. Karena kami punya armada pesawat cargo. Selain itu, kami pun menggunakan sistem on line. Ini contoh sebuah nilai lebih.
Filosofi Anda dalam berbisnis?
Kami mengadopsikan filosofi dari FedEx. Yaitu PSP (People, Sevice, dan Profit). People. Kami selalu melatih karyawan agar mampu dan cakap dalam bekerja. Kalau mereka merasa happy, tentu dapat bekerja dengan baik.
Kemudian?
Service. Sebagai perusahaan jasa, dengan pelayanan yang baik maka customer senang sehingga mereka akan menggunakan jasa kami kembali. Dan, Profit. Bisnis kami akan terus berkembang, tentu mendatangkan profit.
Apakah kiat Anda memimpin perusahaan ini?
Pertama, Inspire a shared vision. Artinya, pemimpin harus bisa memberikan inspirasi terhadap suatu visi yang sama-sama diyakini. Setelah itu, visi kami bisa menjadikan inspirasi karyawan. Kedua, challenging the process. Seorang pemimpin harus sadar, bahwa dirinya memiliki keberanian untuk berubah dan berbeda. Tidak ada proses yang statis. Proses itu selalu bergerak dan berubah. Ketiga, modelling the way. Seorang pemimpin itu harus dapat menjadi contoh untuk bawahan. Ke empat, enable others to act. Pemimpin harus memberi kesempatan kepada karyawan untuk berkontribusi kepada perusahaan. Kelima, Encourage the heart. Pemimpin harus bisa menumbuhkan loyalitas pada karyawan, menumbuhkan rasa memiliki terhadap perusahaan.
Intinya?
Saya selalu berusaha berkomunikasi dan memberi yang terbaik kepada semua karyawan.
JUDUL: Buah Kerja Cerdas
Air putih dalam termos warna perak, sudah dua kali ia teguk. Kerongkongan pria berkacamata ini pun, kembali basah. Banyak untaian kalimat ia ceritakan soal bisnis jasa pengiriman barang yang dikelolanya. Berkat kerja keras, kerja cerdas, sabar, dan berserah diri pada Tuhan akhirnya jalan berliku dapat dia lalui.
Sepuluh tahun sebelum Harsha E. Joesoef total football di RPX, usahanya ini bergerak lambat. Tahun 1995, kata Harsha hanya 250-300 dokumen dalam seminggu, harus diselesaikan. Akibatnya, ia pun harus menutupi lubang-lubang biaya operasional PT Repex Perdana International.
Meski ia melakukan dana subsidi silang dari keuntungan menjual sahamnya di pengeboran minyak PT Dimas Drillindo, RPX masih tidak bergerak cepat. Pada 1997, ia mengukuhkan hatinya untuk full time di RPX. “Saya melihat usaha ini memiliki potensi untuk maju,” ujar peraih gelar master of science teknik sipil dengan indeks prestasi 3,91 di University of Texas at el Paso Amerika Serikat.
Langkah pertama yang dilakukan Harsha, tak tanggung-tanggung. Ia meminta Federal Express Corporation (FedEx), mendaratkan pesawatnya di Indonesia. Tapi sayang, pesawat Air Bus 310 berlogo FedEx hanya bisa mendarat di Batam. Bukan di Jakarta.
Ia pun mencari tahu penyebabnya. Berkat kegigihannya melobi, setahun kemudian, “burung besi” tipe sama bertuliskan FedEx, mendarat di Bandara Soekarno Hatta. “Ini penting sebagai diferensiasi dengan ‘pemain’ lain,” kata dia, bangga.
Beberapa manuver bisnis ia lakukan setelah itu. Hasilnya pun mulai tampak. Salah satunya, pria yang ayahnya pengusaha bedak merek Caladine ini berhasil menjalin kejasama dengan Sumitomo Transportation dari Jepang untuk memperluas cakupan usahanya.
Sudah puaskah Harsa di bawah nama besar FedEx? Belum. Tahun 2001, ia mengembangkan PT Repex Perdana Internasional. Semula berkantor di garasi, RPX kini memiliki bangunan sendiri seluas 4.500 meter per segi di Pondok Pinang, Ciputat . Dari lantai 16, ia mengendalikan delapan perusahaan lainnya di bawah bendera PT Repex Wahana.
Kesuksesan Harsha di dunia kurir, bukan berarti ia pun sukses di bidang lain. Ia sempat mencoba bisnis makanan setelah mendapat lisensi dari Arbys. Selama empat tahun dengan 12 outlet, bisnis ini tak berkembang. Walhasil, ayah dua orang anak ini mendapat pelajaran berharga. Bisnis, katanya, tidak ada yang selalu sukses. Jadi, “Jangan terlalu jauh melakukan diversifikasi,” ujarnya, berpesan.
Haris Maryasno -- Tulisan ini telah dipublikasikan di MAJALAH MANLY SEPTEMBER 2005
Sepak terjang usaha jasa pengiriman barang yang dirintis suami Emilia Soedarmono Josoef, ini dimulai pada 1985. Saat itu penggemar olahraga golf ini membuka kantor di garasi orangtuanya –seluas 9 X 3 meter– di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Saat itu, PT Repex Perdana International, baru menangani enam dokumen per hari dengan delapan karyawan. Perangkat bisnisnya hanya beberapa motor dan dua mobil Mitsubishi L 300.
Tapi sekarang semuanya berubah. Berkat dukungan dua unit pesawat cargo Boeing 737 miliknya, 200 truk, 1.500 karyawan, 106 outlet di 50 kota di Indonesia, lelaki berusia 46 tahun ini mampu mengirim 130 ton sehari. “Sekarang, ribuan dokumen yang harus diselesaikan dalam waktu singkat,” ujar Harsha Edwana Josoef, mantan engineer di Oilfield Industrial Lines, Inc. di Texas, Amerika Serikat.
Lantas, bagaimana kiat anak dokter kulit ini menjalankan roda usaha bisnisnya? Berikut petikan wawancara dari MANLY dengan pengagum Amien Rais ini.
Apa sih menariknya usaha jasa pengiriman barang ini?
Ketika masih di Amerika, saya melihat bisnis ini tumbuh sangat menjanjikan. Bila bisnis ini ditekuni di Indonesia, akan sangat menguntungkan.
Berapa modal Anda saat memulai usaha ini?
Sekitar US$30 ribu dari tabungan saya selama kerja di Amerika. Saya tidak pinjam kesana-sini. Dari uang itu, saya beli dua mobil dan motor untuk mengantar dokumen. Pada awalnya usaha merugi. Tapi karena kualitas dan ketepatan pelayaan dokumen yang diutamakan, order pun terus bertambah.
Apa yang membuat Anda ingin menjadi wirausaha?
Ketika masih menjadi engineer, saya melihat insinyur itu bergantung kepada order. Sedangkan entrepreneur bergantung pada dirinya sendiri.
Tapi, Anda punya bakat sebagai wirausaha?
Saya bingung menjawabnya. Apakah saya punya bakat atau tidak. Tapi menurut saya yang terpenting adalah niat. Sama halnya ketika Anda ingin salat, harus niat dan bukan takut dengan seseorang. Begitu juga dalam berusaha. Niat saya ingin mereplika, mengkopi apa yang dilakukan FedEx dan bisa diterapkan di Indonesia.
Caranya?
Bermitra dengan perusahaan besar dunia itu, meskipun bukan pekerjaan mudah. Pihak FedEx ingin setiap pemegang lisensi usahanya berkembang, sesuai dengan proyeksi. Itulah esensinya.
Bagaimana kiat Anda melakukan proyeksi tersebut? Keseimbangan. Saya harus dapat menyeimbangkan antara keinginan FedEx dengan kemampuan kami. Satu sisi FedEx ingin kami berkembang sesuai kemampuan. Sisi lain, kami harus berjalan sesuai aturan main yang sudah disepakati. Business plan negotiation adalah kunci dari segalanya
Apa yang terpenting dalam bisnis?
Nilai.
Contohnya?
Jika Anda ingin mengirimkan barang ke Balikpapan dengan ukuran besar, kami bisa lakukan. Karena kami punya armada pesawat cargo. Selain itu, kami pun menggunakan sistem on line. Ini contoh sebuah nilai lebih.
Filosofi Anda dalam berbisnis?
Kami mengadopsikan filosofi dari FedEx. Yaitu PSP (People, Sevice, dan Profit). People. Kami selalu melatih karyawan agar mampu dan cakap dalam bekerja. Kalau mereka merasa happy, tentu dapat bekerja dengan baik.
Kemudian?
Service. Sebagai perusahaan jasa, dengan pelayanan yang baik maka customer senang sehingga mereka akan menggunakan jasa kami kembali. Dan, Profit. Bisnis kami akan terus berkembang, tentu mendatangkan profit.
Apakah kiat Anda memimpin perusahaan ini?
Pertama, Inspire a shared vision. Artinya, pemimpin harus bisa memberikan inspirasi terhadap suatu visi yang sama-sama diyakini. Setelah itu, visi kami bisa menjadikan inspirasi karyawan. Kedua, challenging the process. Seorang pemimpin harus sadar, bahwa dirinya memiliki keberanian untuk berubah dan berbeda. Tidak ada proses yang statis. Proses itu selalu bergerak dan berubah. Ketiga, modelling the way. Seorang pemimpin itu harus dapat menjadi contoh untuk bawahan. Ke empat, enable others to act. Pemimpin harus memberi kesempatan kepada karyawan untuk berkontribusi kepada perusahaan. Kelima, Encourage the heart. Pemimpin harus bisa menumbuhkan loyalitas pada karyawan, menumbuhkan rasa memiliki terhadap perusahaan.
Intinya?
Saya selalu berusaha berkomunikasi dan memberi yang terbaik kepada semua karyawan.
JUDUL: Buah Kerja Cerdas
Air putih dalam termos warna perak, sudah dua kali ia teguk. Kerongkongan pria berkacamata ini pun, kembali basah. Banyak untaian kalimat ia ceritakan soal bisnis jasa pengiriman barang yang dikelolanya. Berkat kerja keras, kerja cerdas, sabar, dan berserah diri pada Tuhan akhirnya jalan berliku dapat dia lalui.
Sepuluh tahun sebelum Harsha E. Joesoef total football di RPX, usahanya ini bergerak lambat. Tahun 1995, kata Harsha hanya 250-300 dokumen dalam seminggu, harus diselesaikan. Akibatnya, ia pun harus menutupi lubang-lubang biaya operasional PT Repex Perdana International.
Meski ia melakukan dana subsidi silang dari keuntungan menjual sahamnya di pengeboran minyak PT Dimas Drillindo, RPX masih tidak bergerak cepat. Pada 1997, ia mengukuhkan hatinya untuk full time di RPX. “Saya melihat usaha ini memiliki potensi untuk maju,” ujar peraih gelar master of science teknik sipil dengan indeks prestasi 3,91 di University of Texas at el Paso Amerika Serikat.
Langkah pertama yang dilakukan Harsha, tak tanggung-tanggung. Ia meminta Federal Express Corporation (FedEx), mendaratkan pesawatnya di Indonesia. Tapi sayang, pesawat Air Bus 310 berlogo FedEx hanya bisa mendarat di Batam. Bukan di Jakarta.
Ia pun mencari tahu penyebabnya. Berkat kegigihannya melobi, setahun kemudian, “burung besi” tipe sama bertuliskan FedEx, mendarat di Bandara Soekarno Hatta. “Ini penting sebagai diferensiasi dengan ‘pemain’ lain,” kata dia, bangga.
Beberapa manuver bisnis ia lakukan setelah itu. Hasilnya pun mulai tampak. Salah satunya, pria yang ayahnya pengusaha bedak merek Caladine ini berhasil menjalin kejasama dengan Sumitomo Transportation dari Jepang untuk memperluas cakupan usahanya.
Sudah puaskah Harsa di bawah nama besar FedEx? Belum. Tahun 2001, ia mengembangkan PT Repex Perdana Internasional. Semula berkantor di garasi, RPX kini memiliki bangunan sendiri seluas 4.500 meter per segi di Pondok Pinang, Ciputat . Dari lantai 16, ia mengendalikan delapan perusahaan lainnya di bawah bendera PT Repex Wahana.
Kesuksesan Harsha di dunia kurir, bukan berarti ia pun sukses di bidang lain. Ia sempat mencoba bisnis makanan setelah mendapat lisensi dari Arbys. Selama empat tahun dengan 12 outlet, bisnis ini tak berkembang. Walhasil, ayah dua orang anak ini mendapat pelajaran berharga. Bisnis, katanya, tidak ada yang selalu sukses. Jadi, “Jangan terlalu jauh melakukan diversifikasi,” ujarnya, berpesan.
Haris Maryasno -- Tulisan ini telah dipublikasikan di MAJALAH MANLY SEPTEMBER 2005
No comments:
Post a Comment