Di Indonesia, glaukoma menempati posisi nomor dua setelah katarak sebagai penyebab kebutaan. Tidak hanya mereka yang berusia 40 tahun keatas, penyakit ini juga dapat menyerang bayi dan orang berusia muda.
Glaukoma adalah kondisi gangguan mata yang disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata (kornea), sehingga menyebabkan kerusakan syaraf optik, yang memicu penurunan daya penglihatan. Akibatnya, penderita glaukoma akan mengalami kerusakan serabut syaraf mata sehingga tercipta blind spot(daerah tidak melihat/titik buta) pada kornea.
Penyebab tersering adalah tekanan bola mata di atas 21 mmHg (normal 10-20 mmHg). Tekanan di atas normal ini akibat cairan dalam bola mata yang berada di bilik mata depan tidak lancar mengalir keluar. “Tekanan bola mata tersebut secara mekanik akan menekan serabut saraf mata sehingga terjepit,” ujarnya.
Faktor risiko yang ikut memicu glaukoma selain perubahan tekanan bola mata adalah karena proses degeneratif (usia diatas 40 tahun), proses primer, bentuk bilik mata depannya sempit, mempunyai keluarga yang menderita glaukoma, myopia. Atau, mempunyai penyakit sistemik seperti diabetes dan kardiovaskular. Semua jenis glaukoma harus dikontrol secara teratur ke dokter mata.
Pada umumnya seseorang baru menyadari adanya titik buta pada waktu kerusakan serabut saraf optik sudah parah. Bila seluruh serabut saraf rusak, maka akan terjadi kebutaan total. Andai saja pasien terlambat ditangani dokter spesialis mata, glaukoma itu tidak bisa diapa-apakan lagi karena saraf-sarafnya sudah mati.
Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter akan memasang keran buatan yang populer disebut ahmed valve. Klep yang ditemukan ini tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar lensa tanam.
Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar, sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg. Singkatnya, membuat parit.
Jenis Glaukoma
Tanpa disadari ada bintik- bintik buta pada pasien yang terkena glaukoma. Bintik buta ini mula-mula hanya sedikit. Kalau kemudian berlanjut, dia akan menjadi banyak. Kalau seorang yang glaukoma sedang berjalan, dia bisa tersandung-sandung. Penglihatannya seperti melihat dari lubang kunci. Penglihatan sentralnya bisa melihat, tetapi pinggir-pinggirnya tidak dapat melihat.
Glaukoma primer
Gangguan mata yang tak bisa dihindari karena merupakan kondisi bawaan atau keturunan. Jenis glaukoma ini akan merusak tajam penglihatan secara perlahan tanpa rasa sakit, sehingga penderita tidak menyadari terjadinya kebutaan.
Glaukoma primer sudut tertutup
Sudut bilik mata depan tertutup secara mendadak sehingga menghambat aliran cairan bola mata yang pada akhirnya menimbulkan tekanan pada bola mata. Akibatnya, tekanan TIO mendadak naik sehingga menyebabkan berbagai gejala klinis, seperti daya penglihatan menurun, tampak pelangi bila melihat lampu, sakit kepala, rasa mual disertai muntah. Bila glaukoma ini tidak segera diobati akan menyebabkan kebutaan. Glaukoma jenis inilah yang banyak terjadi di Indonesia.
Glaukoma sekunder
Terjadi karena sudut bilik mata depan rusak akibat faktor eksternal, seperti kecelakaan/trauma, obat-obatan tertentu (steroid), tumor, reaksi peradangan dan pembuluh darah yang tak normal.
Glaukoma konginetal
Glaukoma jenis ini sebenarnya jarang terjadi. Pasalnya penderita glaukoma kongenital terjadi sejak lahir. Sudut bilik mata depan terbentuk secara tidak normal sejak lahir. Kelainan glaukoma kongenital biasanya ditandai bola mata yang lebih besar dari normal, mata terlihat tidak jernih (kornea mata), keluar air mata bila melihat cahaya. (Haris Maryasno-Majalah Prioritas BCA-Edisi: 20- 2007)


No comments:
Post a Comment